Saturday 11 May 2019

Resensi Buku : Hamzah Fansuri: Penyair Sufi



Hamzah Fansuri,  sosok terkenal Alam Melayu zaman bahari.  Nama besar dalam kerajaan Acheh Darussalam.  Seorang ulama dan juga penyair yang tajam mata penanya.  Antara syair yang menjadi topik dalam perbincangan ahli sastera dan ahli agama khususnya tasawuf ialah Syair Perahu dan Syair Burung Pungguk.

Untuk memahami makna tersurat dan tersirat,  disiplin ilmu sastera dan tasawuf perlu diseiring dengan saksama dan bijaksana.

Bila dan di mana tempat lahir Hamzah Fansuri, belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan di Samura/Pasai dan ada pula yang mengatakan di Singkel. Dalam serangkum sajaknya, Hamzah menjelaskan tentang asal-usulnya :

Hamzah ini asalnya Fansuri,
Mendapat wujud di tanah Syahr Nawi,
Beroleh khilafat ilmu yang 'ali,
Daripada Abdulqadir Saiyid Jailani.

Dalam sajak tersebut, beliau menerangkan bahwa nenek-moyangnya ialah Syekh Al Fansuri, juga Hamzah menjelaskan
bahwa beliau adalah pengikut Tharikat Abdulqadir Jailani, seorang Ulama Tasauwuf terkenal.

Dalam sajak yang lain, dijelaskan bahwa beliau hidup pada masa Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997 — 1011 H bersamaan 1589-160 4 M.) :

Hamba mengikat syair ini,
Dibawah hadlarat raja wali.
Syah Alam raja yang adil,
Raja kutub sempurna kamil,
Wali Allah sempurna wasil,
Raja arif lagi Mukammil.

Berikut adalah sesikit catatan daripada Syed Naquib Al Attas tentang Hamzah Fansuri

Sepanjang yang saya ketahui, ada lima buah Karya Tulis dari Syekh Hamzah Fansuri, dan yang tidak saya ketahui kemungkinan besar lebih dari sepuluh.

Kelima Karya Tulisnya yang saya ketahui, yaitu :
1. Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid, yang membahas masalah-masalah ilmu tauhid dan ilmu thariqat. Dalam kitab ini tersimpan ajaran-ajaran beliau.
2. Syaraabul Asyiqin, yang membicarakan masalah-masalah thariqat, syariat, haqiqat dan makrifat.
3. Al Muntahi, yang membicarakan masalah-masalah tasauwuf.
4. Ruba'iyat Hamzah Fansuri, syair sufi yang penuh butir-butir filsafat.
5. Syair Burung Unggas, juga sajak sufi yang dalam maksudnya.

Pada akhir pemerintahan Sulthan Iskandar Muda Meukuta Alam (wafat 29 Rajab 1046 H. = 27 Desember 1636 M.), Syekh
Hamzah Fansuri meninggal dunia di Wilayah Singkel, dekat kota kecil Rundeng. Beliau dimakamkan di Kampung Oboh Simpang Kiri Rundeng di Hulu Sungai Singkel. Saya telah dua kali ziarah
ke sana. Makamnya sangat dimuliakan.. Sayed Naquib Al Attas - 1984

Menurut Hamzah Fansuri, bahwa manusia yang telah menjadi "Insan Kamil" tidak ada lagi pembatas antara dia dan Mahbubnya, karena Insan Kamil telah menfanakan dirinya ke dalam diri Kekasih yang dirindukannya.

Beberapa rangkap Syair Burung Unggas

Unggas itu yang amat burhana,
Daimnya nantiasa di dalam astana,
Tempatnya bermain di Bukit TursinĂ ,
Majnun dan Laila adalah di sana.

Unggas itu bukannya nuri,
Berbunyi ia syadda kala hari,
Bermain tamasya pada segala negeri,
Demikianlah murad insan sirri.

Unggas itu bukannya balam,
Nantiasa berbunyi siang dan malam,
Tempatnya bermain pada segala alam,
Di sanalah tamasya melihat ragam.

Unggas itu terlalu indah,
Olehnya banyak ragam dan ulah,
Tempatnya bermain di dalam Ka'bah,
Pada Bukit Arafah kesudahan musyahadah

Buku pdf boleh dimuat turun melalui pautan https://drive.google.com/file/d/12IghxTuDr28U8GHpDIAfQwIO5JQGI6LP/view?usp=drivesdk

kredit pdfdrive.com

Sites Bacaan Digital Edisi 06

https://sites.google.com/d/18U2yr6i-vDGsW_SusToDWgpUJBWZkBae/edit